Senin, 27 Februari 2012

TUMURUNE SIRULLAH

SUBHANALLAAH, WALHAMDULILAHI WALAILA HAILALLAAH,
MUHAMMADUROSULULOH, LAKHAULA WALAKUWATA ILA BILAHIL ALIYIL ADIM,
ALLOHUMA SHOLI ALA SAYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALI SAYIDINA MUHAMMAD

Dulu sekali sebelum simbah sedho, beliau ngendiko "Ju, suatu saat koe bakal nemoni jaman Sirullah, jaman tumurun'ne SIR ALLAH". Dan beberapa waktu yang lalu ketika meditasi, aku bertemu dengan Rosululloh lalu diajak ke sebuah taman yang begitu indah.

"Kanjeng Nabi, niki kulo diderek'ke ting pundi?"
"Ngger, iki neng sebuah taman, neng kene siro bakal nompo wedaran-wedaran sing penting kanggo noto atimu sakdurung'e nguwot dalan SIR"

Aku berada di taman itu serasa satu minggu rasanya dan banyak sekali wedaran yang kuterima dari Rosululloh. Lalu aku diantar ke sebuah gerbang berwarna kuning emas dan diatasnya terdapat tulisan "La ila hailallaah". Setelah kubaca tulisan itu lalu muncul sebuah jalan yang berwarna emas juga, sedang di kanan kirinya begitu gelap.

"Kanjeng Nabi, niki dalan tumuju ting pundi?" tanyaku pada Rosululloh
"Iki sing diarani dalan SIR, Ngger. Siro saiki wis keno nguwot dalan SIR, ojo kendhat lehmu dzikir yo Ngger" begitu pesan Rosululloh.

Lalu dengan mantap dan terus berdzikir aku mulai melangkah ke "dalan SIR". Ketika kulihat ke bawah di sisi kiri "dalan SIR", nampaklah jagad rat tersusun rapi dan berwarna keabu-abuan. Dan kulihat ke bawah di sisi kanan "dalan SIR", nampaklah jagad rat juga tersusun rapi tapi berwarna hijau, lebih segar, lebih indah dari jagad rat di sisi kiri.

"Mbah ALLAH, niki kok wonten kalih jagad rat ting ngandhap dalan SIR"
"Ngger, sing sisih tengen kui jagad rat kang wus Ingsun siapke kanggo ngganti jagad rat ing sisih kiwo. Mengko ing jaman suci kabeh Ingsun ganti, Ngger".
"Matur nuwun pangertosipun Mbah"

Lalu aku melanjutkan perjalananku, sampai ditengah perjalanan berhenti di sebuah pendopo kecil yang sederhana dan disana Mbah Allah sudah menungguku.

"Ngger, woconen jamus kalimosodo wujud banjur adzan, salam, trus cipto roso karso Ingsun manunggal ing jagadmu, banjur khomad." demikian dawuh Mbah Allah dengan suara yang begitu dan sangat lembut. Karena pernah juga aku bertemu dengan Mbah Allah dengan berkarakter yang berbeda sebagai Rojo Kiamat Kubro dan Rojo ing Padang Masar.
"Inggih Mbah, ngestoaken dawuh" lalu mulai kulakukan semua perintah Mbah Allah

Setelah selesai Mbah Allah meletakkan tangan kanan-Nya ke tangan kananku, ketika Mbah Allah menarik kembali tangan-Nya kulihat sebuah nur kuning berbentuk tabung setinggi 3cm ditanganku, lalu lama kelamaan sinar itu hilang dan manunggal dijagadku.

"Ngger, terusno lakumu. Ingsun tunggu ndek kono"
"Inggih Mbah, sendiko dawuh" lalu tiba-tiba Mbah Allah sudah menghilang dari pandanganku, dan kulanjutkan perjalananku menuju tempat beradanya SIR.

Dan ketika sampai ditempat yang menjadi tujuanku, aku hanya bisa menangis dengan perasaan yang tidak bisa diuraikan dan hanya berucap terpatah-patah seperti yang kutulis paling atas sendiri.


1 komentar:

  1. Ini sesat, jangan percaya, allah tidak mungkin menemui hambanya dengan wujudnya, apalagi tanganya menyentuhnya,

    BalasHapus